Menurut al-Hafidh Abu al-Qosim ibn Asakir disebutkan bahwa nama beliau Salman bin al-Islam, ayah dari Abdullah al-Farisy. Mengenai masa kecilnya beliau bercerita, “Waktu itu saya seorang pemuda Persia dari kampung Asbahan atau Asfahan (kampung ini berada antara kota Tehran dan Saeroz. Berada di tengah-tengah Iran). Kampungku bernama Jayyan dan ayahku seorang kepala kampung. Orang paling kaya dan terpandang di kampungku. Sejak kecil saya sangat tertarik dengan ciptaan Allah.
Keluarga saya penganut Majusi yaitu agama yang menyembah api dan matahari yang berkembang di Persia. Ayahku mempunyai pekarangan luas yang ditumbuhi tanaman. Jadi kesibukanku menjaga dan merawat pekarangan tu. Dunia luar tidak banyak yang aku ketahui sebab orang tuaku sangat strik dan keras.
Suatu hari beliau berjalan-jalan melewati sebuah gereja umat Kristiani. Beliau sangat kaget dan kagum dengan cara ibadah mereka. Akhirnya beliau beriman kepada ajaran Kriten. Ayahnya marah hingga kemudian beliau ditahan. Tapi beliau bisa lepas dari tahanan ayahnya. Suatu hari beliau berjalan-jalan disuatu tempat. Beliau terjumpa dengan sekumpulan orang-orang Kristen. Kemudian beliau ikut pergi ke Syam bersama mereka. Sesampai disana beliau menginap di rumah seorang uskup. Uskup itu ternyata buruk perangainya dan pendusta. Uskup itu kerjanya mengumpulkan uang sedekah (hadiah ampunan dosa) untuk dirinya sendiri. Padahal uang sedekah itu harus diberikan kepada fakir miskin. Peristiwa ini dilaporkan kepada masyarakat. Setelah itu beliau tinggalkan uskup. Kemudian pindah ke uskup lain. Tak lama beliau bertemu uskup lain. Perangainya bagus. Beliau pun singgah di rumahnya untuk belajar banyak tentang agama itu. Ketika ajal mau menjemputnya, Salman diberitahu bahwa dia bukan orang yang dicari. Bahwa orang yang dicari itu ada di Mosul. Beliau pun menuju ke Mosul untuk menjumpai laki-laki yang dikehendakinya. Beliau pun berjumpa dengan uskup yang diberitahu itu. Beliau merasa senang berguru padanya. Tak lama kemudian laki-laki itu meninggal. Sebelum wafatnya beliau diberitahu bahwa nanti akan datang seorang nabi yang diutus ke bumi ini. Dan dipesan supaya ikut ajaran nabi terakhir itu. Ciri-cirinya nabi itu akan berhijrah ke bumi yang mempunyai kurma. Ciri-ciri nabi itu; tidak memakan harta sedekah dan menerima hadiah. Di antara kedua tapak tanggannya terdapat cincin kenabian. Beberapa kaum dari Arab akan melewati dirinya. Mereka bertakata; “Sesungguhnya bumi yang paling yang jernih ada pada mereka.” Salman meminta kepada mereka untuk membawa ke bumi itu dan akan memberikan sapi dan kambingnya. Mereka pun setuju. Ketika sampai di lembah al-Quro, mereka menjual Salman kepada seorang yahudi dari Bani Quraidhoh. Suatu hari dirinya mendengar kabar munculnya nabi yang ditunggu-tunggu dan akan berhijrah ke tempat ini (Madinah). Kabar ini didengar dari percakan orang yahudi yang membeli dirinya dengan laki-laki lain.
Pada suatu malam beliau datang kepada Rasulullah. Kemudian beliau memberi makanan untuk Rasulullah. “Makanan ini sedekah” kata beliau. Rasulullah pun tidak memakan sedekah tapi para sahabat yang memakannya. Kemudian datanglah dengan makan lain.”Makanan ini hadiah” kata beliau. Rasulullah pun makan sekedarnya saja, sementara sisanya dimakan para sahabat. Suatu hari beliau melihat cincin kenabian diantara kedua punggung Rasulullah. Beliau merasa yakin bahwa dia lah Rasulullah akhir zaman sebagaimana diceritakan oleh orang nasrani. Semua ciri-ciri dan sifat ada pada dia; tidak memakan sedekah, menerima hadiah dan diantara punggungnya ada cincin kenabian. Akhirnya dengan bimbingan hidayah Allah, beliau berikrar masuk Islam. Setelah itu beliau datang kepada Rasulullah untuk menceritakan kisah petualangan spritualnya.
Beliau tidak ikut dalam perang Badr dan Uhud karena terhalang oleh perbudakan. Waktu itu beliau adalah budak kepada orang Yahudi. Rasulullah pernah menasehakan kepadanya agar berjanji untuk membebaskan tuannya. Dengan bantuan para sahabat yang lain akhirnya beliau dapat membebaskan tuannya.
Untuk menjalin keakraban diantara para sahabat, Rasulullah memperkenalkan dirinya dengan Abu Darda. Beliau dikenal sebagai orang yang banyak akal dan ahli strategi perang. Pada waktu terjadi perang Khandak (parit) beliau lah yang memberi usulan untuk mengali parit. Ide ini di dapat ketika dirinya melihat peperangan yang terjadi di Persia. Idenya itu membuat kaget dan kagum bangsa Arab sebab belum pernah terjadi hal semacam itu sebelumnya. Idenya itu berhasil. Pujian datang dari para sahabat. Kaum Muhajirin berkata, “Salman adalah dari Kami.” Kaum Anshor pun berkata, “Salman adalah dari kami.” Setelah itu Rasululah memanggil mereka semua sembari berkata, “Salman adalah dari ahli bait kami.”
Mengenai pribadinya Rasulullah bersabda, “Surga itu merindukan tiga orang; Ali, Ammar dan Salman.” Suatu ketika Ali bin Abi Tholib berkata padanya, “Siapa diantara kalian yang seperi Lukman al-Hakim?Diberi ilmu yang awal (agama samawi yang lainnya) dan ilmu yang akhir (Islam). Membaca kitab yang pertama dan kitab yang terakhir. Beliaulah seorang alim yang ilmunya bagaikan laut yang tidak pernah kering.” Dari Qotadah disebutkan bahwa Firman Allah yang berbunyi; Dan orang yang mempunyai ilmu tentang kitab suci…” dimaksudkan adalah Salman dan Abdullah bin Salam.”(lihat tafsir at-Thobary).
Abu Darda, kawan dekatnya, adalah sahabat yang ahli ibadah. Suatu kali beliau melihatnya enggan untuk mendatangi istrinya dan sibuk dengan puasa dan sholat malam, Salman pun berkata, “Sesungguhnya matamu punya hak, dan juga istrimu punya hak. Silahlan kamu berpuasa, berbuka, mengerjakan sholat dan tidur.” Kemudian setelah itu beliau memberitahu Rasulullah akan hal itu. Rasulullah berkata, “Sungguh Salman seorang yang banyak ilmu.”
Pada waktu beliau menjadi amir/penguasa di Madain, beliau berjumpa dengan seorang laki-laki yang datang dari Syam. Laki-laki membawa kurma dan buah tin. Laki-laki itu menyuruh beliau untuk membawa kurma dan buah tin itu ke rumah penguasa. Laki-laki itu mengira bahwa dia adalah seorang porter/tukang bawa barang. Beliau waktu itu memang berpakian dan tidak nampak sebagai seorang penguasa. Beliau pun tidak keberatan menjalankan perintahnya. Kurma dan buah tin itu dibawanya. Sesampainya di rumahnya, laki-laki itu baru tahu kalau yang disuruh tadi adalah Salman al-Farisi, penguasa Madain. Akhirnya laki-laki itu minta maaf. Hanya saja Salman dengan tawadhuknya, membawa barang-barang itu sampai ke dalam. Selama menjabat sebagai penguasa gajih beiau kurang lebih 5000 dirham yang diambil dari Bait al-Mal. Setiap kali mengambil gajih itu beliau sedekahkan.
Selama berjuan menegakkan ajaran Islam bersama Rasulullah, beliau telah meriwayatkan kurang lebih 60 hadits. Setelah melakukan petualangan mencari kebenaraan dan menemukannya dalam ajaran Islam, akhirnya ajal pun tiba. Tahun 35 Hijriah beliau menghembuskan nafas terakhir di Madain masa khilafah Utsman bin ‘Affan. Waktu beliau sakit Sa’ad bin Abu Waqos menjenguknya. Tiba-tiba beliau menangis tersedu-sedu. Sa’ad bertanya, “Apa yang membuatmu menangis?” Beliau menjawab, “Bahwa Rasulullah pernah berpesan hendaklah nasib dan urusan dunia kalian seperti bekal orang yang hendak pergi.” Adapun kamu wahai Sa’ad, hendaklah bertakwa kepada Allah jika kamu menghukumi, bersumpah dan berkeinginan.”
Mengenai umurnya para ahli sejarah masih berselisih pendapat. Satu pendapat mengatakan beliau berumur 300 tahun. Pendapat lain mengatakan 250 tahun. Ada juga mengatakan 70 tahun lebih.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar