Musa bin Nushair adalah penakluk wilayah Maroko dan Andalusia (sekarang spanyol). Ia perintis tersebarnya Islam di daerah itu. Di masa hidupnya ia sempat menyaksikan beragam peristiwa. Diantaranya tragedy pembunuhan Khalifah Utsman bin Affan R.a dan perang Shiffin antara Khalifah Ali bin Abi Thalib R.a dan Muawiyah bin Abu Sufyan R.a.
Pada masa pemerintahan Marwan bin Hakam, terjadi peperangan antara pihaknya dan Abdullah bin Zubair R.a. Saat itu, Musa bin Nushair bergabung dipihak Abdullah bin Zubair R.a. Ketika pasukan Marwan bin Hakam berhasil mengalahkan lawannya, Musa bin Nushair termasuk diantara mereka yang akan dijatuhi hukuman mati. Namun, dengan bantuan Abdul Aziz bin Marwan, Musa bin Nushair akhirnya dimaafkan. Sejak itu, ia menjadi pendukung Daulah Umayyah.
Diakhir dasawarsa kedelapan abad pertama hijriyah, terjadi kekacauan diwilayah maroko. Kabilah barbar berusaha memberontak dan melepaskan diri dari kekuasaan Daulah Umayyah. Saat itu Abdul Aziz bin Marwan menjabat sebagai gubernur di Mesir dan Maroko. Ia berjanji kepada Musa bin Nushair untuk mengangkatnya sebagai gubernur Maroko kalau ia berhasil memadamkan gejolak di wilayah tersebut.
Musa bin Nushair menerima tawaran tersebut. Dalam waktu singkat ia berhasil memadamkan gejolak itu dan mengajak penduduknya kembali kepada Islam. Bahkan Musa juga berhasil membujuk mereka untuk membantunya menaklukan wilayah barat Maroko yang sebelumnya belum pernah tersentuh.
Musa bin Nushair menggunakan strategi yang sangat bijak. Dia membaurkan antara bangsa barbar dengan Arab. Ia memperlakukan mereka dengan sama sehingga bangsa barbar merasa dihormati. Dengan kekuatan gabungan itu, Musa berniat untuk memperluas wilayahnya keseberang lautan yaitu Andalusia.
Dalam membuka wilayah itu, dia menyerahkan pucuk pimpinan pada Thariq bin Ziyad. Sementara dia sendiri kembali ke Qairawan. Semula, Thariq adalah budak Musa bin Nushair yang kemudian dimerdekakan lalu diangkat menjadi panglima perang. Dalam misinya, Thariq berhasil membuka wilayah Spanyol. Pahlawan Islam legendaris ini terkenal dengan taktiknya membangkitkan semangat pasukannya yang hampir mundur. Ia membakar perahu yang ditumpangi pasukannya sesampainya dipantai spanyol. Ia kemudian bermarkas disebuah bukit di Spanyol yang kini dikenal dengan nama Jabal Thariq (kini bernama Gibraltar).(Kisah ini begitu terkenal, namun sebagian Ulama meragukannya. Wallahu a’lam)
Kabar dibakarnya perahu itu terdengar oleh raja Toledo (Thalithalah) yang bernama Roderick (Razariq). Ketika itu pasukan Thariq berjumlah 12.000 orang dan tentara Gotik kristen berkekuatan 100.000 orang. Pertempuran antara kedua pasukan ini terjadi di muara sungai Barbare yang kemudian dimenangkan oleh pasukan Thariq bi Ziyad. Setelah memberitahu tentang berita kemenangannya kepada Musa bin Nushair, ia meneruskan penaklukan ke daratan Spanyol.
Thariq membagi pasukannya menjadi 4 kelompok dan menyebarkannya ke Cordova, Malaga dan Granada. Ia sendiri dan pasukannya berangkat ke Toledo, ibukota Spanyol. Sementara itu Musa bin Nushair membawa 10.000 pasukan ke Spanyol untuk turut meluaskan kekuasaan Islam tahun 712 M. Musa mengambil jalan dari Arah Sidonia dan Carmona menuju Merida. Musa dan Thariq akhirnya bertemu di Toledo.
Bekas tuan dan budak itu menunaikan tugas melebarkan sayap Islam. Penaklukan Spanyol berjalan terus. Kota Zaragoza, Aragon, Leon, Astoria dan Galicia berhasil dikuasai. Seluruh daratan Spanyol berhasil dikuasai pasukan Muslim 86 H (715 M) pada zaman Khalifah Walid.
Khalifah memerintahkan Musa bin Nushair untuk menghentikan penaklukan. Ia dipanggil pulang ke Damaskus dan mendapatkan sambutan meriah.
Penaklukan Spanyol oleh Thariq bin Ziyad dan Musa bin Nushair memberikan pengaruh positif pada kehidupan sosial politik di masa itu. Timbulla revolusi-revolusi sosial dan kebebasab beragama. Kediktatoran dan penganiayaan yang biasa dilakukan oleh orang Kristen digantikan oleh toleransi yang tinggi dan kebaikan luar biasa.
Ketika Musa tiba dipalestina, Khalifah Walid bin Abdul Malik sakit keras. Sulaiman bin Abdul Malik memintanya agar tidak pergi menemui Khalifah Walid. namun, Musa tetap berangkat dan sempat bertemu dengan sang Khalifah tiga hari sebelum wafatnya.
Begitu dibaiat sebagai Khalifah menggantikan pendahulunya, Sulaiman bin Abdul Malik segera menghukum Musa bin Nushair lantaran tak mau mematuhi perintahnya. Ia meminta harta rampasan perang yang ia peroleh. Konon, ia juga sempat menyiksa Musa bin Nushair. Musa meninggal pada 715 M atau sekitar 86 Hijriyah.
Imam Ibnu Katsir dalam tafsirnya memaparkan kisah unik tentang Musa bin Nushair. Ketika menafsirkan firman Allah:
قَالَ عِيسَى ابْنُ مَرْيَمَ اللَّهُمَّ رَبَّنَا أَنزِلْ عَلَيْنَا مَآئِدَةً مِّنَ السَّمَاء تَكُونُ لَنَا عِيداً لِّأَوَّلِنَا وَآخِرِنَا وَآيَةً مِّنكَ وَارْزُقْنَا وَأَنتَ خَيْرُ الرَّازِقِينَ قَالَ اللّهُ إِنِّي مُنَزِّلُهَا عَلَيْكُمْ فَمَن يَكْفُرْ بَعْدُ مِنكُمْ فَإِنِّي أُعَذِّبُهُ عَذَابًا لاَّأُعَذِّبُهُ أَحَدًا مِّنَ الْعَالَمِين
Artinya: ” Isa putera Maryam berdoa: "Ya Tuhan kami turunkanlah kiranya kepada kami suatu hidangan dari langit (yang hari turunnya) akan menjadi hari raya bagi kami yaitu orang-orang yang bersama kami dan yang datang sesudah kami, dan menjadi tanda bagi kekuasaan Engkau; beri rzekilah kami, dan Engkaulah pemberi rezki Yang Paling Utama." Allah berfirman: "Sesungguhnya Aku akan menurunkan hidangan itu kepadamu, barangsiapa yang kafir di antaramu sesudah (turun hidangan itu), maka sesungguhnya Aku akan menyiksanya dengan siksaan yang tidak pernah Aku timpakan kepada seorangpun di antara umat manusia."(QS. Al-Ma’idah:114-115).
Ibnu Katsir memaparkan, ahli sejarah menyebutkan bahwa Musa bin Nushair, wakil Bani Umayyah dalam pembebasan Maroko menemukan Ma’idah (hidangan) dengan beragam macam perhiasan dan permata diatasnya. Ia mengirimkan hidangan itu kepada Khalifah Walid bin Abdul Malik, khalifah selanjutnya. Melihat hidangan itu, orang-orang berkumpul dan terheran-heran. Sang Khalifah berkata:’Sungguh hidangan (perhiasan) ini milik (Nabi) Sulaiman dan Daud.’Wallahu a’lam (Tafsir Ibnu Katsir).
Berkenan dengan tokoh ini, sebagian ulama tidak memasukannya dalam kelompok Tabi’in. Tapi, bagi yang mendefinisikan Tabi’in sebagai muslim yang pernah bertemu dengan para Shahabat Nabi SAW, maka Musa bin Nushair sempat bertemu dengan banyak Shahabat Nabi. Wallahu a’lam.
Sumber:
Buku 101 Kisah Tabi’in
Diakhir dasawarsa kedelapan abad pertama hijriyah, terjadi kekacauan diwilayah maroko. Kabilah barbar berusaha memberontak dan melepaskan diri dari kekuasaan Daulah Umayyah. Saat itu Abdul Aziz bin Marwan menjabat sebagai gubernur di Mesir dan Maroko. Ia berjanji kepada Musa bin Nushair untuk mengangkatnya sebagai gubernur Maroko kalau ia berhasil memadamkan gejolak di wilayah tersebut.
Musa bin Nushair menerima tawaran tersebut. Dalam waktu singkat ia berhasil memadamkan gejolak itu dan mengajak penduduknya kembali kepada Islam. Bahkan Musa juga berhasil membujuk mereka untuk membantunya menaklukan wilayah barat Maroko yang sebelumnya belum pernah tersentuh.
Musa bin Nushair menggunakan strategi yang sangat bijak. Dia membaurkan antara bangsa barbar dengan Arab. Ia memperlakukan mereka dengan sama sehingga bangsa barbar merasa dihormati. Dengan kekuatan gabungan itu, Musa berniat untuk memperluas wilayahnya keseberang lautan yaitu Andalusia.
Dalam membuka wilayah itu, dia menyerahkan pucuk pimpinan pada Thariq bin Ziyad. Sementara dia sendiri kembali ke Qairawan. Semula, Thariq adalah budak Musa bin Nushair yang kemudian dimerdekakan lalu diangkat menjadi panglima perang. Dalam misinya, Thariq berhasil membuka wilayah Spanyol. Pahlawan Islam legendaris ini terkenal dengan taktiknya membangkitkan semangat pasukannya yang hampir mundur. Ia membakar perahu yang ditumpangi pasukannya sesampainya dipantai spanyol. Ia kemudian bermarkas disebuah bukit di Spanyol yang kini dikenal dengan nama Jabal Thariq (kini bernama Gibraltar).(Kisah ini begitu terkenal, namun sebagian Ulama meragukannya. Wallahu a’lam)
Kabar dibakarnya perahu itu terdengar oleh raja Toledo (Thalithalah) yang bernama Roderick (Razariq). Ketika itu pasukan Thariq berjumlah 12.000 orang dan tentara Gotik kristen berkekuatan 100.000 orang. Pertempuran antara kedua pasukan ini terjadi di muara sungai Barbare yang kemudian dimenangkan oleh pasukan Thariq bi Ziyad. Setelah memberitahu tentang berita kemenangannya kepada Musa bin Nushair, ia meneruskan penaklukan ke daratan Spanyol.
Thariq membagi pasukannya menjadi 4 kelompok dan menyebarkannya ke Cordova, Malaga dan Granada. Ia sendiri dan pasukannya berangkat ke Toledo, ibukota Spanyol. Sementara itu Musa bin Nushair membawa 10.000 pasukan ke Spanyol untuk turut meluaskan kekuasaan Islam tahun 712 M. Musa mengambil jalan dari Arah Sidonia dan Carmona menuju Merida. Musa dan Thariq akhirnya bertemu di Toledo.
Bekas tuan dan budak itu menunaikan tugas melebarkan sayap Islam. Penaklukan Spanyol berjalan terus. Kota Zaragoza, Aragon, Leon, Astoria dan Galicia berhasil dikuasai. Seluruh daratan Spanyol berhasil dikuasai pasukan Muslim 86 H (715 M) pada zaman Khalifah Walid.
Khalifah memerintahkan Musa bin Nushair untuk menghentikan penaklukan. Ia dipanggil pulang ke Damaskus dan mendapatkan sambutan meriah.
Penaklukan Spanyol oleh Thariq bin Ziyad dan Musa bin Nushair memberikan pengaruh positif pada kehidupan sosial politik di masa itu. Timbulla revolusi-revolusi sosial dan kebebasab beragama. Kediktatoran dan penganiayaan yang biasa dilakukan oleh orang Kristen digantikan oleh toleransi yang tinggi dan kebaikan luar biasa.
Ketika Musa tiba dipalestina, Khalifah Walid bin Abdul Malik sakit keras. Sulaiman bin Abdul Malik memintanya agar tidak pergi menemui Khalifah Walid. namun, Musa tetap berangkat dan sempat bertemu dengan sang Khalifah tiga hari sebelum wafatnya.
Begitu dibaiat sebagai Khalifah menggantikan pendahulunya, Sulaiman bin Abdul Malik segera menghukum Musa bin Nushair lantaran tak mau mematuhi perintahnya. Ia meminta harta rampasan perang yang ia peroleh. Konon, ia juga sempat menyiksa Musa bin Nushair. Musa meninggal pada 715 M atau sekitar 86 Hijriyah.
Imam Ibnu Katsir dalam tafsirnya memaparkan kisah unik tentang Musa bin Nushair. Ketika menafsirkan firman Allah:
قَالَ عِيسَى ابْنُ مَرْيَمَ اللَّهُمَّ رَبَّنَا أَنزِلْ عَلَيْنَا مَآئِدَةً مِّنَ السَّمَاء تَكُونُ لَنَا عِيداً لِّأَوَّلِنَا وَآخِرِنَا وَآيَةً مِّنكَ وَارْزُقْنَا وَأَنتَ خَيْرُ الرَّازِقِينَ قَالَ اللّهُ إِنِّي مُنَزِّلُهَا عَلَيْكُمْ فَمَن يَكْفُرْ بَعْدُ مِنكُمْ فَإِنِّي أُعَذِّبُهُ عَذَابًا لاَّأُعَذِّبُهُ أَحَدًا مِّنَ الْعَالَمِين
Artinya: ” Isa putera Maryam berdoa: "Ya Tuhan kami turunkanlah kiranya kepada kami suatu hidangan dari langit (yang hari turunnya) akan menjadi hari raya bagi kami yaitu orang-orang yang bersama kami dan yang datang sesudah kami, dan menjadi tanda bagi kekuasaan Engkau; beri rzekilah kami, dan Engkaulah pemberi rezki Yang Paling Utama." Allah berfirman: "Sesungguhnya Aku akan menurunkan hidangan itu kepadamu, barangsiapa yang kafir di antaramu sesudah (turun hidangan itu), maka sesungguhnya Aku akan menyiksanya dengan siksaan yang tidak pernah Aku timpakan kepada seorangpun di antara umat manusia."(QS. Al-Ma’idah:114-115).
Ibnu Katsir memaparkan, ahli sejarah menyebutkan bahwa Musa bin Nushair, wakil Bani Umayyah dalam pembebasan Maroko menemukan Ma’idah (hidangan) dengan beragam macam perhiasan dan permata diatasnya. Ia mengirimkan hidangan itu kepada Khalifah Walid bin Abdul Malik, khalifah selanjutnya. Melihat hidangan itu, orang-orang berkumpul dan terheran-heran. Sang Khalifah berkata:’Sungguh hidangan (perhiasan) ini milik (Nabi) Sulaiman dan Daud.’Wallahu a’lam (Tafsir Ibnu Katsir).
Berkenan dengan tokoh ini, sebagian ulama tidak memasukannya dalam kelompok Tabi’in. Tapi, bagi yang mendefinisikan Tabi’in sebagai muslim yang pernah bertemu dengan para Shahabat Nabi SAW, maka Musa bin Nushair sempat bertemu dengan banyak Shahabat Nabi. Wallahu a’lam.
Sumber:
Buku 101 Kisah Tabi’in
Tidak ada komentar:
Posting Komentar