Nama lengkapnya ‘Uwaimir bin Malik bin Qis bin Umaiyah al-Anshory al-Khazrojy. Nama panggilnya Abu Darda. Begitu juga nama gelarnya Abu Darda. Khazrojy berasal dari Khazroj yaitu nama kabilah yang berasal dari Yaman. Setelah itu beliau pindah ke Madinah. Bersama kabilah Aus, kabilah Khazroj merupakan ‘ikon’ penduduk anshor di Madinah.
Suatu hari beliau pergi tempat dagangnya. Sebelum pergi, beliau sempat memandangi patungnya yang diletakkan di tempat paling mulia. Patung itu dihiasi barang-barang mewah. Sesampainya di Yatsrib (Madinah), di mana beliau berjualan, tampak jalan-jalan di pasar dipenuhi pengikut Rasulullah. Kononnya mereka baru pulang dari perang Badr. Diantara pengikut Rasulullah itu ada Abdullah bin Rawaha, teman satu kabilah. Di kalangan kabilahnya, Abdullah dikenal sebagai penyair. Kedunya memang dekat sejak masa jahiliyah. Ketika datang ajaran Islam, Abdullah mengikut ajaran Islam. Sedangkan beliau enggan. Meski demikian, keduanya masih tetap bersahabat baik.
Ketika beliau masih sibuk dengan barang dagangannya, Abdullah menyempatkan diri untuk berkunjung ke rumah beliau. Karena beliau masih di pasar, maka Abdullah hanya bertemu dengan ibunya. Karena sudah kenal, ibunya mengizinkan masuk rumahnya. Abdullah masuk ke kamarnya. Di kamarnya terdapat patung. Kemudian Abdullah mengeluarkan pedangnya. Patung itupun dipotong-potong sambil berucap; “Sesembahan selain Allah adalah batil. Sesembahan selain Allah adalah batil.” Setelah itu Abdullah pergi.
Tidak beberapa lama, beliau datang dari pasar. Dilihatnya wanita menangis tersedu dan dengan suara tinggi di pintu rumahnya. Ada apa gerangan!!!Dilihatnya patung itu sudah berkeping-keping. Wanita itu memberitahu bahwa yang melakukan itu adalah Abdullah bin Rawaha.
Darahnya naik. Marah! Dirinya hendak membalas dendam atas penghinaanya itu. Hanya saja emosinya itu mulai reda. Marahnya sedikit berkurang. Setelah itu beliau berpikir apa yang terjadi dengan patung itu. Dalam hatinya berbisik; “Sekiranya patung itu memberi kebaikan, niscaya dia mampu mempertahankan dirinya!” Akhirnya mendatangi Abdullah. Keduanya kemudian pergi menghadap Rasulullah. Sejak itu, beliau berikrar masuk Islam.
Setelah dirinya dengan ikhlas mengikuti ajaran Rasulullah, beliau mulai rajin menjalankan syariat Islam. Beliau sadar bahwa selama ini kebaikannya sangat sedikit. Maka beliau ingin membuang dosa-dosa masa lampaunya dengan banyak beribadah. Dunia dagangnya ditinggalkan setelah dirinya masuk Islam karena takut menganggu ibadahnya.
Siangnya untuk puasa. Malamnya untuk qiyamul lail ‘sholat malam.’ Terkadang kewajiban sebagai suami kepada istri terlupakan. Hingga suatu hari beliau berjumpa dengan Salman al-Farisi. Waktu itu Salman mendengar bahwa beliau kurang peduli dengan urusan keluarga. Maka Salman menasehatinya; “Ingat, kamu wajib menjalan hakmu kepada tuhanmu dan kamu juga wajib menjalankan hakmu kepada keluargamu.” Begitulah nasehatnya mengikuti ucapan Rasulullah.
Mengenai zuhudnya itu, beliau kata; “Dulu saya seorang pedagang sebelum Islam datang. Ketika ajaran Islam datang dan (saya masuk Islam), saya gabungkan antara dagang dan ibadah. Tapi keduanya tidak bersatu. Hingga akhirnya saya tinggalkan profesi dagang dan saya komitmen dengan ibadah.”
Mengenai ucapannya itu, al-Imam Ad-Dahaby berkata; “afdolnya mengabungkan keduanya dengan berijtihad. Terkadang memang tidak semua mampu mengabungkan keduanya. Akan tetapi hak-hak dalam keluarga juga tidak kalah penting.”
Beliau adalah salah seorang sahabat Rasul yang hafal al-Qur’an. Pada masa kholifah Umar bin Khottob, beliau dijadikan sebagai qodhi di Damaskus. Pada waktu beliau memangku jabatan qodhi di Syam pada masa kholifah Utsman, beliau tidak merasa heran dengan kerusakan penduduk Syam karena keduniaan. Di depan penduduk Syam beliau berkhutbah; “Wahai penduduk Syam, kalian adalah kawan seagama dan tetangga dalam rumah dan penolong dalam menghadapi musuh. Akan tetapi kenapa saya lihat kalian tidak merasa malu. Kalian kumpulkan sesuatu tapi kalian tidak memakannya. Kalian bangun bangunan bagus tapi tidak dihuni. Kalian mengharapkan apa yang tidak inginkan…”
Karena zuhudnya itu, beliau menolak menikahi putrinya dengan Yazid bin Muawwiyah tapi justru menikahi putrinya dengan orang miskin tapi soleh. Hal itu disebabkan kerena beliau takut akan melalaikan akherat.
Mengenai pribadinya Rasulullah pernah bersabda; “’Uwaimir adalah hakim umatku. Dan sebaik-baiknya tentara adalah ‘Uwaimir.” Dari Anas diceritakan bahwa Rasulullah wafat dan al-Qur’an belum dikumpulkan selain empat orang; Abu Darda, Mu’adh, Zaid bin Tsabit dan Abu Zaid.”
Diantara ucapan beliau yang terkenal;
“Kenapa saya lihat orang alim yang ada pada kalian pergi dan orang-orang bodoh engak belajar. Belajarlah! Karena orang alim dan orang yang belajar itu keduanya saling membagi pahala.”
“Celaka sekali bagi orang tidak tahu dan celaka tujuh kali bagi orang yang tahu tapi tidak mau mengerjakan.”
“Ingat, sesuatu sedikit tapi memberi kecukupan bagimu lebih baik daripada banyak tapi menghancurkanmu”
Selama berjuang bersama Rasulullah, beliau telah meriwayatkan kurang lebih 179 hadits. Diantara hadits riwayatnya itu; Rasulullah bersabda; “Kumpulkan aku dengan dhu’aafa (orang-orang lemah). Kalian dimenangkan dan diberi rezki sebab orang-orang dhu’afa.”
Pada tahun 32 Hijriah beliau wafat di Syam. Pendapat lain mengatakan beliau wafat tahun 23 Hijriah di Madinah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar