“Dia seorang yang tsiqah dan sedikit bicara.“........(Ibnu Sa’ad)
Dialah Abu Yahya Malik bin Dinar. Sosok yang meninggalkan syahwat dunia. Penakluk jiwa ketika sedang bergejolak. Demikianlah Abu Nuaim memberikan sifat pada Malik bin Dinar dalam al-Hilyahnya.
Dialah Abu Yahya Malik bin Dinar. Sosok yang meninggalkan syahwat dunia. Penakluk jiwa ketika sedang bergejolak. Demikianlah Abu Nuaim memberikan sifat pada Malik bin Dinar dalam al-Hilyahnya.
Malik bin Dinar dilahirkan pada masa Ibnu Abbas R.a. Ia sempat bertemu dengan Anas bin Malik. Karenanya, ia diliputi berkah ilmu yang bermanfaat. Ia pun mengambil manfaat dari ulama shalih dari kalangan sahabat Nabi. Ia belajar akhlak suci dari mereka, adab dan sunah yang diridhoi Allah. Malik bin Dinar menjadi salah satu seorang pemimpin kaum muslimin yang ternama.
Ibnu Sa’ad berkata,”Dia seorang yang tsiqah dan sedikit bicara.”
Ibnu Hibban menambahkan dalam ats-Tsiqatnya,” Malik bin Dinar menulis Mushaf dan mendapatkan honor. Ia makan dari honor itu.”
Dialah imam zuhud. Terdepan dalam Wara’. Kezuhudannya menjadi perumpamaan. Mati kita renungi potongan kisah dari kehidupan ulama ini. Suatu ketika ia menemui Anas bin Malik R.a. Bersamanya ikut Tsabit dan Yazid ar-Raqasyi. Anas bin Malik memandang mereka dengan kagum, seraya berkata,”Betapa mirip kalian dengan para sahabat Rasulullah SAW. Sungguh kalian lebih aku cintai dari sekian anakku, kecuali mereka mempunyai keutamaan seperti kalian. Sungguh aku mendoakan kalian dimalam hari.”
Renungkanlah. Mereka didoakan oleh Abu Hamzah Anas bin Malik. Semata karena cinta pada Allah SWT. Apakah ada seseorang yang mencintai seperti Anas bin Malik kecuali orang-orang shalih dan ahli taat? Merekalah orang-orang yang benar bersama Allah dan Allah pun membenarkan mereka dengan kecintaan orang-orang shalih dan ahli ibadah.
Betapa tinggi kedudukan mereka! Suatu ketika ia membaca firman Allah SWT:
لَوْ أَنزَلْنَا هَذَا الْقُرْآنَ عَلَى جَبَلٍ لَّرَأَيْتَهُ خَاشِعًا مُّتَصَدِّعًا مِّنْ خَشْيَةِ اللَّه
Artinya: “Kalau sekiranya Kami turunkan Al-Quraan ini kepada sebuah gunung, pasti kamu akan melihatnya tunduk terpecah belah disebabkan ketakutannya kepada Allah.”(QS.al-Hasyr:21)
Malik bin Dinar berkata,”Aku bersumpah pada kalian, tidak beriman seorang hamba dengan al-Qur’an kecuali hatinya terpecah.”
Abdul Aziz bin Salman menuturkan,”Aku dan Abdul Wahid bin Zaid menemui Malik bin Dinar. Kami dapati dia berdiri dari majelisnya, lalu masuk kerumahnya. Kemudian dia menutup pintu kamar. Kami duduk menunggunya hingga keluar atau mendengar darinya suatu gerakan. Kami kemudian minta izin. Malik bin Dinar seperti mengucapkan sesuatu yang tidak bisa dipahami, lalu terdengar dia menangis. Sampai-sampai kami merasa kasihan mendengar tangisannya. Kemudian tubuhnya bergetar, bernafas lalu pingsan.”
Abdul Wahid berkata,”Kita pergi. Kita tidak ada urusan hari ini dengan laki-laki ini. Dia sibuk dengan dirinya sendiri.”
Pada kesempatan lain ia memasuki kawasan pekuburan. Tiba-tiba ada seseorang yang sedang dikubur. Malik datang dan berdiri disamping kuburan sambil memperhatikan orang yang dikubur. Malik bin Dinar mulai berkata, ”Wahai Malik, besok beginilah keadaanmu. Tidak ada seseorang pun yang bisa menolongmu dikuburan.“
Malik bin Dinar terus berkata,“ besok beginilah keadaanmu.“ Hingga ia pingsan dan tersungkur dilubang kubur. Orang-orang pun segera membawanya kerumah dalam keadaan tak sadarkan diri.
Malik bin Dinar selalu mengulang-ngulang,“Wahai Tuhannya Malik!Engkau telah mengetahui penghuni surga dan penghuni neraka. Maka, dimanakah tempat malik?“kemudian Malik bin Dinar menangis!
Renungkan bagaimana ia menggambarkan keadaan seorang hamba di hari Kiamat ketika ia meninggalkan dunia ini.
Suatu ketika ia naik kapal. Saat kapal itu berada disebuah jembatan, diserukan agar awaknya tidak keluar dan berdiri dari tempatnya.
Malik bin Dinar malah keluar, mengambil pakaiannya dan memanggulnya lalu melompat dari kapal dan berdiri diatas tanah.“Apa yang membuatmu keluar?seru juru mudi.
”Tidak ada apa-apa!Jawab Malik.
“Pergi!” ujar juru kemudi lagi.
Malik berkata dalam hati,”beginilah akhirat.”
Betapa indah perumpamaan ini!Tidak mungkin dimengerti kecuali oleh hati yang suci, bersih seperti putihnya susu.
Beginilah Malik selalu mengevaluasi dirinya.. Tak ada temapat dihatinya kecuali zikir kepada Allah dan ketakutan yang selalu melekat disekujur anggota tubuhnya.
Suatu ketika, Harits bin Nabhan memberinya hadiah sebuah bejana yang terbuat dari kulit. Bejana itu berada ditempat Malik bin Dinar beberapa saat. Ketika Harits datang, Malik segera memanggilnya,”Wahai Harits, kemarilah!Ambil bejanamu!Dia telah membuat hatiku sibuk. Setiap kali aku memasuki masjid, syetan datang dan berkata,”Wahai Malik, bejanamu telah dicuri.”Dia telah membuat sibuk hatiku.”
Sungguh! Malik tak ingin ada yang mengusik hatinya kecuali takut pada Allah. Alangkah bahagianya pemilik hati ini!
Simaklah keluhannya suatu saat,”Aku berharap Allah mengizinkan ketika aku berada dalam genggaman TanganNya kelak aku sujud sekali saja. Sehingga aku tahu bahwa Dia telah ridha. Lalu Dia berkata kepadaku,”Wahai Malik jadilah debu.”
Sungguh ketakutan pada Allah telah memenuhi hati orang-orang yang bertakwa. Maka ia pun mendekat padaNya dan jauh dari godaan makhluk.
Ada seorang laki-laki terkaya di Bashrah. Ia mempunyai seorang putri yang teramat cantik. Suatu saat sang Ayah berkata,”Keturunan Hasyim pernah melamar padamu, dari bangsa arab!Tapi engkau menolak. Kukira engkau menginginkan Malik bin Dinar dan sahabatnya?”
”Demi Allah, itulah cita-citaku,”jawab sang putri.
Sang ayah berkata pada salah seorang saudaranya,”Temui Malik. Kabarkan tentang kedudukan putriku dan keinginannya!”
Ketika bertemu Malik, utusan ayah gadis itu berkata,”seseorang menyampaikan salam untukmu. Dia berpesan,’Sungguh engkau mengetahui bahwa aku orang paling kaya dikota ini. Aku punya seorang putri cantik yang ingin menikah denganmu. Apa pendapatmu?”
Malik menjawab,”Sungguh aneh. Apakah engkau tidak tahu bahwa aku telah menceraikan dunia dengan talak tiga!” Malik bin Dinar telah menceraikan dunia sehingga ia tidak peduli dengan apa-apa yang hilang dari dunianya.
Saat lain, Malik tertarik untuk memakan roti campur susu. Seorang temannya datang membawakan makanan yang dimaksud. Sejenak Malik membolak-balikkan roti itu lalu berkata,”Aku merindukanmu selama 40 tahun. Dan aku berhasil mengalahkan keinginanku itu. Hari ini engkau ingin mengalahkanku?pergi dari sisiku!” Malik tak mau memakannya.
Malik bin Dinar tak hanya zuhud dalam hal makanan. Kediamannya pun sangat sederhana. Dirumahnya tak ada apa pun kecuali Mushaf dan pakaiannya. Tentang rumahnya ini dia berkata,” Siapa yang masuk ke rumahku lalu mengambil sesuatu, maka itu halal baginya. Saya tak butuh gembok atau kunci.”
Suatu saat, seorang pencuri masuk ke rumahnya. Namun ia tidak menemukan sesuatu pun. Malik berkata,”wahai pencuri, engkau tidak menemukan apa-apa dari harta dunia. Apakah engkau ingin bagian dari akhirat?”
”Ya!” jawab pencuri.
”Berwudhulah dan shalat dua rakaat.”
Pencuri itupun melakukannya. Ia pun pergi ke masjid bersama Malik bin Dinar. Ketika Malik di tanya tentang orang yang bersamanya, ia menjawab,”Dia datang untuk mencuri. Maka dia yang kami curi.”
Suatu ketika, gubernur bashrah lewat bersama rombongan dan tentaranya. Malik berseru,”Paling sedikit dari perjalananmu ini.”Para pembantu gubernur marah dan mengancam Malik. Namun sang gubernur buru-buru mencegah, lalu berkata pada Malik,”Apakah engkau tidak mengenalku?”
“Siapa yang lebih tahu tentang dirimu daripada aku?Awalmu dari tetsan mani yang jijik. Akhirmu adalah jenazah yang hina. Sekarang engkau berada di antara dua kondisi itu membawa kotoran.”
Sang gubernur menundukan wajahnya lalu pergi sembari berkata,”Sekarang, sungguh engkau telah mengetahui siapa diriku.”
Begitulah kehidupan Malik bin Dinar. Seorang zuhud dalam segala hal. Berani pada semua makhluk dan hanya takut pada Allah.
Ia meninggal dunia sebelum wabah Tha’un (kolera) melanda Bashrah. Wabah itu melanda pada tahun 131 Hijriyah. Semoga kita bisa mengikuti jejaknya.....Amien
Sumber:
Shuwar min Siyar at-Tabi’in, karya Azhari Ahmad Mahmud
Siyar A’lam at Tabi’in, karya Shabri bin Salamah Syahin
Ibnu Sa’ad berkata,”Dia seorang yang tsiqah dan sedikit bicara.”
Ibnu Hibban menambahkan dalam ats-Tsiqatnya,” Malik bin Dinar menulis Mushaf dan mendapatkan honor. Ia makan dari honor itu.”
Dialah imam zuhud. Terdepan dalam Wara’. Kezuhudannya menjadi perumpamaan. Mati kita renungi potongan kisah dari kehidupan ulama ini. Suatu ketika ia menemui Anas bin Malik R.a. Bersamanya ikut Tsabit dan Yazid ar-Raqasyi. Anas bin Malik memandang mereka dengan kagum, seraya berkata,”Betapa mirip kalian dengan para sahabat Rasulullah SAW. Sungguh kalian lebih aku cintai dari sekian anakku, kecuali mereka mempunyai keutamaan seperti kalian. Sungguh aku mendoakan kalian dimalam hari.”
Renungkanlah. Mereka didoakan oleh Abu Hamzah Anas bin Malik. Semata karena cinta pada Allah SWT. Apakah ada seseorang yang mencintai seperti Anas bin Malik kecuali orang-orang shalih dan ahli taat? Merekalah orang-orang yang benar bersama Allah dan Allah pun membenarkan mereka dengan kecintaan orang-orang shalih dan ahli ibadah.
Betapa tinggi kedudukan mereka! Suatu ketika ia membaca firman Allah SWT:
لَوْ أَنزَلْنَا هَذَا الْقُرْآنَ عَلَى جَبَلٍ لَّرَأَيْتَهُ خَاشِعًا مُّتَصَدِّعًا مِّنْ خَشْيَةِ اللَّه
Artinya: “Kalau sekiranya Kami turunkan Al-Quraan ini kepada sebuah gunung, pasti kamu akan melihatnya tunduk terpecah belah disebabkan ketakutannya kepada Allah.”(QS.al-Hasyr:21)
Malik bin Dinar berkata,”Aku bersumpah pada kalian, tidak beriman seorang hamba dengan al-Qur’an kecuali hatinya terpecah.”
Abdul Aziz bin Salman menuturkan,”Aku dan Abdul Wahid bin Zaid menemui Malik bin Dinar. Kami dapati dia berdiri dari majelisnya, lalu masuk kerumahnya. Kemudian dia menutup pintu kamar. Kami duduk menunggunya hingga keluar atau mendengar darinya suatu gerakan. Kami kemudian minta izin. Malik bin Dinar seperti mengucapkan sesuatu yang tidak bisa dipahami, lalu terdengar dia menangis. Sampai-sampai kami merasa kasihan mendengar tangisannya. Kemudian tubuhnya bergetar, bernafas lalu pingsan.”
Abdul Wahid berkata,”Kita pergi. Kita tidak ada urusan hari ini dengan laki-laki ini. Dia sibuk dengan dirinya sendiri.”
Pada kesempatan lain ia memasuki kawasan pekuburan. Tiba-tiba ada seseorang yang sedang dikubur. Malik datang dan berdiri disamping kuburan sambil memperhatikan orang yang dikubur. Malik bin Dinar mulai berkata, ”Wahai Malik, besok beginilah keadaanmu. Tidak ada seseorang pun yang bisa menolongmu dikuburan.“
Malik bin Dinar terus berkata,“ besok beginilah keadaanmu.“ Hingga ia pingsan dan tersungkur dilubang kubur. Orang-orang pun segera membawanya kerumah dalam keadaan tak sadarkan diri.
Malik bin Dinar selalu mengulang-ngulang,“Wahai Tuhannya Malik!Engkau telah mengetahui penghuni surga dan penghuni neraka. Maka, dimanakah tempat malik?“kemudian Malik bin Dinar menangis!
Renungkan bagaimana ia menggambarkan keadaan seorang hamba di hari Kiamat ketika ia meninggalkan dunia ini.
Suatu ketika ia naik kapal. Saat kapal itu berada disebuah jembatan, diserukan agar awaknya tidak keluar dan berdiri dari tempatnya.
Malik bin Dinar malah keluar, mengambil pakaiannya dan memanggulnya lalu melompat dari kapal dan berdiri diatas tanah.“Apa yang membuatmu keluar?seru juru mudi.
”Tidak ada apa-apa!Jawab Malik.
“Pergi!” ujar juru kemudi lagi.
Malik berkata dalam hati,”beginilah akhirat.”
Betapa indah perumpamaan ini!Tidak mungkin dimengerti kecuali oleh hati yang suci, bersih seperti putihnya susu.
Beginilah Malik selalu mengevaluasi dirinya.. Tak ada temapat dihatinya kecuali zikir kepada Allah dan ketakutan yang selalu melekat disekujur anggota tubuhnya.
Suatu ketika, Harits bin Nabhan memberinya hadiah sebuah bejana yang terbuat dari kulit. Bejana itu berada ditempat Malik bin Dinar beberapa saat. Ketika Harits datang, Malik segera memanggilnya,”Wahai Harits, kemarilah!Ambil bejanamu!Dia telah membuat hatiku sibuk. Setiap kali aku memasuki masjid, syetan datang dan berkata,”Wahai Malik, bejanamu telah dicuri.”Dia telah membuat sibuk hatiku.”
Sungguh! Malik tak ingin ada yang mengusik hatinya kecuali takut pada Allah. Alangkah bahagianya pemilik hati ini!
Simaklah keluhannya suatu saat,”Aku berharap Allah mengizinkan ketika aku berada dalam genggaman TanganNya kelak aku sujud sekali saja. Sehingga aku tahu bahwa Dia telah ridha. Lalu Dia berkata kepadaku,”Wahai Malik jadilah debu.”
Sungguh ketakutan pada Allah telah memenuhi hati orang-orang yang bertakwa. Maka ia pun mendekat padaNya dan jauh dari godaan makhluk.
Ada seorang laki-laki terkaya di Bashrah. Ia mempunyai seorang putri yang teramat cantik. Suatu saat sang Ayah berkata,”Keturunan Hasyim pernah melamar padamu, dari bangsa arab!Tapi engkau menolak. Kukira engkau menginginkan Malik bin Dinar dan sahabatnya?”
”Demi Allah, itulah cita-citaku,”jawab sang putri.
Sang ayah berkata pada salah seorang saudaranya,”Temui Malik. Kabarkan tentang kedudukan putriku dan keinginannya!”
Ketika bertemu Malik, utusan ayah gadis itu berkata,”seseorang menyampaikan salam untukmu. Dia berpesan,’Sungguh engkau mengetahui bahwa aku orang paling kaya dikota ini. Aku punya seorang putri cantik yang ingin menikah denganmu. Apa pendapatmu?”
Malik menjawab,”Sungguh aneh. Apakah engkau tidak tahu bahwa aku telah menceraikan dunia dengan talak tiga!” Malik bin Dinar telah menceraikan dunia sehingga ia tidak peduli dengan apa-apa yang hilang dari dunianya.
Saat lain, Malik tertarik untuk memakan roti campur susu. Seorang temannya datang membawakan makanan yang dimaksud. Sejenak Malik membolak-balikkan roti itu lalu berkata,”Aku merindukanmu selama 40 tahun. Dan aku berhasil mengalahkan keinginanku itu. Hari ini engkau ingin mengalahkanku?pergi dari sisiku!” Malik tak mau memakannya.
Malik bin Dinar tak hanya zuhud dalam hal makanan. Kediamannya pun sangat sederhana. Dirumahnya tak ada apa pun kecuali Mushaf dan pakaiannya. Tentang rumahnya ini dia berkata,” Siapa yang masuk ke rumahku lalu mengambil sesuatu, maka itu halal baginya. Saya tak butuh gembok atau kunci.”
Suatu saat, seorang pencuri masuk ke rumahnya. Namun ia tidak menemukan sesuatu pun. Malik berkata,”wahai pencuri, engkau tidak menemukan apa-apa dari harta dunia. Apakah engkau ingin bagian dari akhirat?”
”Ya!” jawab pencuri.
”Berwudhulah dan shalat dua rakaat.”
Pencuri itupun melakukannya. Ia pun pergi ke masjid bersama Malik bin Dinar. Ketika Malik di tanya tentang orang yang bersamanya, ia menjawab,”Dia datang untuk mencuri. Maka dia yang kami curi.”
Suatu ketika, gubernur bashrah lewat bersama rombongan dan tentaranya. Malik berseru,”Paling sedikit dari perjalananmu ini.”Para pembantu gubernur marah dan mengancam Malik. Namun sang gubernur buru-buru mencegah, lalu berkata pada Malik,”Apakah engkau tidak mengenalku?”
“Siapa yang lebih tahu tentang dirimu daripada aku?Awalmu dari tetsan mani yang jijik. Akhirmu adalah jenazah yang hina. Sekarang engkau berada di antara dua kondisi itu membawa kotoran.”
Sang gubernur menundukan wajahnya lalu pergi sembari berkata,”Sekarang, sungguh engkau telah mengetahui siapa diriku.”
Begitulah kehidupan Malik bin Dinar. Seorang zuhud dalam segala hal. Berani pada semua makhluk dan hanya takut pada Allah.
Ia meninggal dunia sebelum wabah Tha’un (kolera) melanda Bashrah. Wabah itu melanda pada tahun 131 Hijriyah. Semoga kita bisa mengikuti jejaknya.....Amien
Sumber:
Shuwar min Siyar at-Tabi’in, karya Azhari Ahmad Mahmud
Siyar A’lam at Tabi’in, karya Shabri bin Salamah Syahin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar