Mengenai keislamannya, beliau termasuk orang-orang yang memeluk Islam awal-awal. Hal ini karena beliau dilahirkan di Mekkah sehingga memungkinkan mendengar langsung risalah Rasulullah yang lahir di Mekkah.
Beliau pernah diutus Rasulullah menemui al-Mundzir bin Sawy di Bahrain untuk memberikan surat dari Rasulullah yang berisi ajakan kepada ajaran Islam. setelah itu beliau diperintahkan Rasulullah untuk menjadi wali di Bahrain selama delapan tahun. Setelahnya digantikan Abu Bakar. Pada masa kholifah Umar, beliau diutus untuk menjadi wali di Basrah mengantikan ‘Utbah bin Ghozwan.
Dalam riwayat Muhammad bin Sa’id disebutkan bahwa Abu Bakar mengutus al-‘Ala ke suatu tempat. Beliau keluar dari Madinah bersama enam belas orang dengan menunggan kuda. Dan Umar mengirim surat untuknya agar beliau mengingatkan orang Islam yang ditemui di jalan untuk menghindari musuh. beliau pun berjalan bersama kawan-kawannya hingga sampai di benteng Jawasy (kota di Bahrain milik Abdul Qais). Di situ beliau bertempur hingga tak seorang pun terluka. Setelah itu datang ke Qothif. Di sana beliau mengumpulkan kekuatan. Terjadilah perang dengan penduduk Qothif. Mereka dapat dikalahkan. Orang-orang asing yang disana bergabung dengan penduduk Zaroh. Beliau pun datangi mereka. setelah itu beliau menulis sesuatu di tepi pantai. Beliau kepung mereka hingga wafatnya Abu Bakar as-Siddiq. Penduduk Zaroh meminta perundingan damai. Permohonannya itu diterima. Kemudian beliau perangi penduduk Darain (Persia)…”
Dari Siham bin Munjib diceritakan, “Kami pergi perang bersama al-‘Ala di Darain (Persia). Beliau berdoa dengan tiga permintaan. Doa itu dikabulkan semua. Kami turun di suatu tempat mencari air untuk berwudhu. Tapi tidak ditemukan. Beliau kemudian sholat dua rakaat setelah berdoa, “Ya Allah, kami semua adalah hambamu, di jalan-Mu kami berperang memerangi musuhmu. Ya Allah turunkan kepada kami air untuk kami berwudhu dan minum darinya. Dan kalau kami sudah berwudhu tidak ada lagi air untuk orang selain kami (habis).” Kami pun berjalan beberapa langkah. Tiba-tiba kami menjumpai air ketika langit mendung. Kami langsung berwudhu dan mengisi kendi dengan air itu hingga penuh. Setelah itu saya tinggalkan tempat itu sembari melihat apakah benar-benar doanya itu dikabulkan? Kami semua berjalan lagi. Kemudian saya berkata kepada sahabat-sahabat lain, “Saya lupa mengisi kendiku.” Saya pun bergegas ke tempat air tadi. Ternyata tidak ada bekas air sama sekali.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar