Nama lengkapnya Hatib bin Abu Balta’ah. Ayahnya bernama Abu Balta’ah Amru bin ‘Umair bin Salamah bin Bani Kholifah. Nama panggilanya Abu Abdullah. Pendapat lain mengatakan, Abu Muhmmad. Mengenai asal-usulnya, satu pendapat mengatakan beliau berasal dari Mudahij, sekutu bani Asad bin Abdul Uzza.
Firman Allah dalam surah al-Mumtahanah;1, disebutkan “Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kalian menjadikan musuhku dan musuh kalian wali-walimu”. Dalam banyak riwayat, ayat di atas turun ketika beliau sedang mengajarkan Islam kepada orang-orang Quraisy.
Dalam riwayat Muslim dari Abu az-Zubair dari Jabir diceritakan bahwa seorang budak Hatim bin Abu Balta’ah datang kepada Rasulullah untuk mengadukan suatu hal mengenai Hatib. “Wahai Rasulullah, semoga Hatib masuk neraka!” kata budak itu. Rasulullah menjawab, “Tidak, sebab dia ikut dalam perang Badr dan perjanjian Hudaibiyah.”
Selama berjuang bersama Rasulullah dalam menegakkan ajaran Islam, segala pengorbanan sudah dikeluarkan. Beliau pernah diutus Rasulullah untuk menemui Muqouqis, raja Mesir, pada tahun 6 Hijriah. Waktu dia berkuasa di Iskandaria. Setelah sampai di hadapan raja, beliau ditanya. “Ceritakan tentang orang yang menyuruhmu, bukan dia seorang Nabi?” kata sang Raja. Beliau menjawab, “Benar, dia utusan Allah.” Sang raja berkata, “Kenapa dia tidak membiarkan kaumnya sebagaimana kaum itu menyuruhnya keluar dari negerinya. Beliau menjawab, “Nabi Isa bin Maryam gimana? Apakah kamu menbersaksi bahwa dia adalah utusan Allah. Apa salah dia sehinga kaumnya ingin menyalib dan tidak meninggalkan kaumnya hingga Allah angkat ke langit.” Sang raja berucap, “Kamu benar, kamu sungguh bijaksana yang datang dari orang yang bijak.” Setelah itu beliau pulang menghadap Rasulullah. Tidak disangka bahwa sang raja memberi hadiah untuk Rasulullah; Mariah Qibtiyah dan Sirrin, saudara perempuannya, juga wanita lain. Hingga akhirnya Qibtiyah dinikahi Rasulullah, Sirrin dinikahi Hassan bin Tsabit.
diantara hadits Rasul yang beliau riwayatkan adalah, Rasulullah bersabda, ” Siapa yang pada hari Jum’at mandi setelah itu memakai pakian yang baik (suci) kemudian bersegera ke masjid, maka amalannya itu adalah penghabus dosa (kafaforh) dari Jum’at ke Jum’at.”
Setelah menghabiskan umurnya untuk memperjuangkan Islam, akhirnya beliau wafat pada tahun 30 Hijriah. Utsman bin Affan ikut mensolati jenazahnya. Ketika wafat beliau berumur 56 tahun. Pendapat ini sejalan dengan riwayat al-Madainy.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar